Sabtu, 22 Januari 2022

Si Ayam dan Si Itik

Diceritakan di sebuah hutan hiduplah seekor ayam dan itik. Mereka bersahabat dari kecil dan sudah seperti saudara. Apapun keperluannya, mereka selalu pergi berdua. 

Suatu  ketika saat menjelang senja, mereka sedang makan dan saling bercekerama. Saat matahari mulai tenggelam, si ayam mau kembali ke rumahnya. Dengan alasan saat senja, maka penglihatan matanya akan sedikit kabur. Namun si itik mencegahnya, dengan membilang nanti dia lah yang akan mengantarnya pulang. Karena si itik masih ingin bercengkerama sambil menghabiskan senja. Si ayam akhirnya membatalkan niatnya untuk pulang lebih awal dan memutuskan menemani sahabatnya itu. Si itik kemudian kepikiran kenapa kalau senja hari penglihatan si ayam menjadi kabur atau rabun. Si ayam menjawab bahwa mungkin itu memang kekurangan yang diberikan oleh sang Pencipta. Namun si ayam mengatakan selain kekurangan itu, disisi lain dia mempunyai kelebihan yaitu dia mempunyai selaput dikaki beserta tanduk dikaki. Dia mengatakan dia bisa berenang di air dengan selaput kakinya itu dan juga bisa melawan musuh dengan tanduk dikakinya. Si ayam juga mengatakan dia diberi satu kekurangan, namun dia juga punya dua kelebihan.

Si itik melihat ke sekeliling kakinya, dia tidaklah punya selaput dan tanduk seperti si ayam. Dia pun menggerutu kenapa sang Pencipta tidak memberikan kelebihan kepadanya. Si ayam pun tertawa, dan membilang walaupun si itik tidak mempunyai selaput dan tanduk dikaki, bukankah dia juga tidak mempunyai kekurangan seperti rabun seperti dirinya. Bahkan si itik mempunyai kelebihan pada paruhnya. Dimana paruhnya bisa membedakan makanan yang ada didalam lumpur. Mereka pun akhirnya tertawa dan si itik berlagak sombong kalau dirinya punya kelebihan tanpa kekurangan.

Hari sudah mulai malam, mereka pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Seperti janjinya, si itik akhirnya mengantar si ayam sampai di rumahnya. Mereka pun akhirnya berpisah dan menuju rumah masing-masing. Di malam itu, si itik sampai di rumahnya sembari merenungkan obrolannya dengan si ayam tadi. Dia kembali berpikir, kenapa dia tidak punya selaput dan tanduk seperti di kaki si ayam. Bagaimana seandainya jika ada hewan lain yang memburunya, bagaimana dia bisa melawan hewan tanpa senjata seperti tanduk. Bagaimana kalau terjadi banjir, bagaimana dia bisa lolos dari banjir sedangkan dia tidak punya selaput kaki untuk berenang. Pikiran si itik menjadi kemana-mana malam itu.

Saat pagi tiba, mereka kembali bertemu. Mereka berencana mau ketepian sungai untuk mencari minum sambil membersihkan diri mereka. Sesampai di tepian sungai, tiba-tiba terdengar suara mendengus. Seketika si ayam dan si itik kaget dan melompat ke sungai karena ada seekor musang menerkam ke arah mereka. Si ayam berenang di sungai namun si itik terbawa arus sungai karena tidak bisa berenang. Si ayam pun segera berenang ke arah si itik untuk menyelamatkannya. Akhirnya si itik berhasil diselamatkan oleh si ayam. Mereka pun menepi ke sisi sungai seberang untuk menjauh dari kejaran si musang. Si ayam kemudian berusaha menakut-nakuti si musang dengan memamerkan tanduk dikakinya sembari mengambil ancang-ancang untuk segera melompat. Karena ancaman si ayam itu, akhirnya si musang kabur ke dalam hutan.

Si itik akhirnya merasa lega karena si musang sudah pergi. Sembari mengucapkan terima kasih kepada si ayam. Si ayam pun membalasnya sembari menenangkan sahabatnya itu. Si itik merenung seandainya dia punya selaput dan tanduk dikaki, pasti dia bisa melawan si musang itu. Si ayam melihat si itik termenung dan menerka pikiran sahabatnya itu. Si ayam membilang tidak usah berpikir seandainya dia punya selaput dan tanduk dikaki. Si ayam pun menjamin akan melindungi si itik apapun terjadi. Si itik tersenyum lega, namun si itik mempunyai niatan lagi. Si itik berniat meminjam selaput dan tanduk kaki si ayam. Agar dia bisa merasakan bagaimana rasanya mempunyai kedua benda tersebut. Si ayam merasa ragu akan permintaan si itik. Si itik pun merayu dan berjanji dia hanya meminjam sebentar dan akan langsung mengembalikan setelah dia merasakan bagaimana rasa mempunyai selaput dan tanduk kaki. Si ayam akhirnya mengikuti keinginan sahabatnya itu, tapi hanya meminjamkan selaput kaki saja, karena dia sulit melepaskan tanduk dikakinya itu.

Berhasillah si itik meminjam selaput kaki si ayam. Dengan kegirangan si itik melompat ke sungai dengan riang. Sambil bersorak-sorak dia makin kearah tengah bagian sungai. Si ayam pun memperingatinya agar segera mengembalikan selaput kaki miliknya. Namun si itik bilang lagi sebentar. Hari semakin sore si itik malah berenang makin jauh. Si ayam mengejarnya dari tepi sungai sembari menyuruh si itik mengembalikan selaput kaki miliknya. Namun si itik tetap cuek dan mengacuhkan si ayam. Disanalah si ayam mulai kesal dan geram. Si ayam mengancam jika si itik tidak mengembalikan selaput kakinya, maka si ayam akan mengutuk si itik agar keturunannya nanti akan selalu mengejar keturunan si itik untuk menagih selaput kaki miliknya. 

Nb. Nah, demikianlah dongeng antara si ayam dan si itik. Sampai saat ini pun jika kita melihat ayam bertemu dengan itik, si ayam pasti akan mengejar-ngejar si itik. Begitulah cocokologi yang tepat antara cerita diatas dengan fakta sebenarnya. Cerita ini hanya dongeng belaka, yang saya sempat karang waktu saya masih SD karena melihat setiap ada ayam ketemu dengan itik, si ayam pasti akan mengejar itik tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar