Sabtu, 01 Januari 2022

Lubdaka

 

Alkisah diceritakan ada seorang pemburu dari sebuah desa terpencil bernama Si Lubdaka. Dia adalah pemburu yang begitu terkenal di desanya. Tidak ada pekerjaan lain darinya selain memburu di hutan. Hasil buruannya dijual dan dimasak untuk keluarganya sehari-hari.

Sebagai pemburu, dia dikenal pemburu yang sangat kejam. Bukan hanya hewan dewasa saja diburunya, melainkan juga hewan yang masih kecil pun diburunya jika memang ada dihadapannya.

Suatu hari dia merasa badannya sangat lelah. Dalam benaknya dia ingin sekali istirahat untuk satu hari saja untuk tidak berburu. Namun kebutuhan dapurnya sudah habis. Sehingga dia harus berburu saat itu juga.


Dia pun segera bergegas menyiapkan alat-alatnya dan langsung menuju ke hutan. Namun hari itu terasa sangat aneh. Dari pagi sampai matahari mau terbenam, tidak satu pun hewan buruan didapatnya. Jangankan kijang, nyamuk pun terasa lenyap dari hutan itu. Dia tidak pantang menyerah. Walaupun hari sudah mulai gelap, dia makin masuk ke hutan untuk mencari hewan buruan. Namun apa daya, dia malah tersesat dan bingung untuk mencari jalan keluar. Hari sudah gelap dan bulan pun tak tampak. Sehingga dia tidak bisa melihat situasi sekitar.

Lubdaka berpikir, kenapa malam ini begitu gelap, jangankan bulan, bintang pun tak tampak di langit malam itu. Tanpa dia sadari, malam itu adalah malam bulan mati sasih kepitu atau bulan mati di bulan ketujuh dalam Agama Hindu yang disebut dengan Hari Malam Siwalatri. Malam dimana Dewa Siwa sedang bersemedi. Lubdaka tidak tahu bahwa malam itu adalah malam Siwalatri, karena kesehariannya dia memang hanya berburu dan tidak pernah peduli dengan ajaran-ajaran agamanya.

Malam Siwalatri dimana malam itu Dewa Siwa sedang bersemedi, barang siapa yang malam itu bisa bersemedi atau minimal bisa merenungkan dosa-dosanya dimasa lalu dan kedepan bisa memperbaiki sifatnya, maka jika ajalnya tiba, maka rohnya akan mendapat tempat istimewa disisi Dewa Siwa. Begitulah ajaran yang ada didalam Agama Hindu.

Malam semakin larut, si Lubdaka masih bingung untuk mencari jalan pulang. Tiba-tiba terdengarlah suara auman harimau yang begitu menakutkan. Sekita Lubdaka pun lari tunggang langgang tanpa arah tujuan. Tiba-tiba dia tersandung sebuah batu yang mengakibatkan dirinya jatuh. “Aduhhhh” begitu terikannya. Mengingat ada harimau disekitarnya, diapun menahan rasa sakitnya dan sampai dia sadar dia mendekap sebuah pohon yang lumayan besar. Naiklah dia ke pohon itu untuk menghindar dari si harimau. Sesampai diatas dia melihat sekitar. Suasananya benar-benar gelap gulita. Dia berharap bulan segera menampakkan dirinya. Tanpa tahu bahwa malam itu adalah hari bulan mati.

Diatas pohon dia mengelus-ngelus kakinya yang sakit karena tersandung batu tadi. Sambil menatap langit, badannya mulai terasa lelah dan matanya mulai mengantuk. Namun dia sadar seandainya dia tidur diatas pohon tersebut, maka pasti dia akan jatuh. Dia berusaha menahan kantuknya. Namun dia tidak bisa dan hampir terjatuh. Untuk menahan kantuknya dia pun memetik satu cabang pohon tersebut dan memetik satu persatu daunnya agar dia mengalihkan rasa kantuknya. Seiring makin larutnya malam, sambil memetik satu persatu daun dari pohon tersebut, terlintas dipikirannya semua perbuatannya dimasa lalu. Dia merenung berapa banyak hewan yang telah diburunya. Dia teringat dia pernah membunuh seekor anak kijang yang baru berumur beberapa minggu. Tiba-tiba air matanya menetes menyesali perbuatannya dimasa lalu. Dan dia merasa ingin berhenti menjadi pemburu dan mencari pekerjaan yang lain.

Tidak terasa matahari terbit dari ufuk timur. Si Lubdaka merasa lega dan langsung turun dari pohon untuk pulang ke rumah. Sesampai dibawah dia baru sadar ternyata dia bermalam di sebuah pohon bila. Dimana pohon bila ini termasuk pohon yang disucikan oleh umat Hindu. Dan dia menatap kebawah dan melihat sebuat batu berbentuk lonjong yang membuat dirinya terjatuh tadi malam. Ternyata batu tersebut adalah lingga Yoni atau batu berbentuk lonjong untuk pemujaan Dewa Siwa. Disitulah dia tersadar dan menangis sejadi-jadinya karena mengingat dirinya tidak taat akan agamanya. Dia merasa dilindungi oleh Dewa Siwa tadi malam dari Harimau yang sempat membuatnya ketakutan.

Setelah kejadian itu si Lubdaka benar-benar merubah kesehariannya. Dia memilih bertani dan berhenti menjadi pemburu. Dia pun lebih taat beragama dan sifatnya pun menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Saat ajalnya tiba, atma atau roh si Lubdaka dijemput dan dibawa ke neraka oleh para Cikrabala (pasukan yang menjemput atma /roh orang yang meninggal) untuk bertemu Dewa Yama (Dewa Kematian). Disana dia diseret ke neraka karena perbuatannya semasa hidupnya. Saat Dewa Yama akan mengirim si Lubdaka ke lembah neraka, datanglah Dewa Siwa mencegat Dewa Yama. Dewa Siwa menjelaskan bahwa si Lubdaka tidak boleh dibawa ke neraka. Disana terjadi perdebatan antara Dewa Yama dan Dewa Siwa. Namun akhirnya Dewa Yama melunak karena Dewa Siwa menjelaskan bahwa si Lubdaka pernah melakukan semedi atau perenungan saat malam Bulan Mati Ketujuh atau disebut malam Siwalatri. Dan setelah malam itu si Lubdaka pun telah merubah hidupnya untuk menjadi lebih baik. Disalah akhirnya Dewa Siwa memenangkan perdebatan dan diajaklah si Lubdaka ke Siwa Loka (alam Dewa Siwa).

Sekian ceritanya teman-teman, jika ada kesalahan mohon dimaafkan. Karena cerita ini saya dapat dari almarhum kakek saya yang sering mendongengkan saya dulu saat sebelum tidur. Banyak makna sebenarnya dari cerita ini. Silahkan ditanggapi dari hati masing-masing dan semoga bermanfaat di malam Siwalatri Hari ini  yang kebetulan juga awal tahun 2022. Sekali lagi jika ada kesalahan mohon dimaafkan.

Rahayu.

nb. Referensi dari cerita kakek saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar