Sabtu, 08 Januari 2022

Belang Uyang

Diceritakan ada sebuah kerajaan yang maha besar di sebuah negeri. Sang Raja yang memimpin kerajaan tersebut dikenal bertangan besi atau kejam dikepemimpinannya. Rakyatnya cuma diperalat dengan menarik begitu banyak upeti disetiap usaha mereka. Banyak cara yang dilakukan untuk mengkudeta Sang Raja. Namun tidak pernah berhasil malah mereka dihukum mati bagi siapapun berani melawan Sang raja. Dibalik kekejamannya, Sang Raja memelihara seekor anjing. Konon katanya anjing inilah jadi jimat keberuntungan Sang Raja. Dimana anjing inilah yang selalu pertama mengendus jika Sang Raja dalam keadaan bahaya. Anjing ini diberi nama Si Belang Uyang.

Belang Uyang adalah anjing yang berbadan tinggi tegap, berwarna hitam dengan taring yang selalu keluar dari mulutnya. Air liurnya selalu menetes dari sela-sela taringnya. Siapa pun melihat anjing ini pasti seketika merasa ketakutan. Belang Uyang mempunyai ciri-ciri yang begitu khas. Yaitu warna belang putih di tubuhnya yang konon bisa berpindah-pindah posisinya. Dari sanalah namanya berasal, Belang yang mencirikan ada corak warna lain ditubuhnya, dan Uyang dalam Bahasa Bali berarti berpindah-pindah tempat.

Belang Uyang ini selalu berada disisi raja. Kemana pun raja berpergian dia selalu ikut seperti menteri-menteri raja lainnya. Disuatu hari raja ingin berburu ke sebuah hutan. Namun hutan tersebut dikenal sangat berbahaya. Konon katanya hutan tersebut dihuni oleh seekor harimau yang begitu ganas. Bahkan sering ada pemburu yang hilang di hutan tersebut yang katanya pasti dimakan oleh si harimau tersebut. Bahkan penduduk sekitar meyakini harimau itu adalah raja dari hutan tersebut. Para menteri raja sudah memperingatkan bahwa hutan tersebut sangat berbahaya. Namun raja malah merasa tertantang. Apalagi ada si Belang Uyang yang selalu ada disampingnya. Dimana raja selalu percaya kepada jimat keberuntungannya tersebut. Melihat raja terlalu percaya diri, ada seorang menteri memperingatkan sekali lagi karena takut akan keselamatan raja. Tiba-tiba si Belang Uyang mengeram bengis ke menteri itu seakan-akan menyuruh diam. Menteri pun ketakutan dan langsung terdiam.



Disuatu pagi berangkatlah raja beserta beberapa pasukan kerajaan dan tentu saja bersama si Belang Uyang juga. Sesampai di depan hutan mereka dihadang oleh sekawanan anjing liar. Seolah-olah kawanan anjing tersebut mencegah rombongan kerajaan untuk masuk hutan. Sang Raja menyuruh pasukannya untuk siaga kalau kawanan anjing tersebut menyerang. Semua pasukan mengarahkan senjatanya ke arah kawanan anjing liar tersebut. Begitu pun si Belang Uyang, sudah dari awal melompat dari kereta Sang Raja dan menyalak bengis kehadapan kawanan anjing tersebut. Begitu salah satu dari kawanan tersebut mencoba menerkam kesalah satu prajurit, seketika Belang Uyang menghadang dan membunuh anjing tersebut. Melihat salah satu kawannya terbunuh, semua kawanan anjing liar tersebut menyerang. Tombak dan panah pun dilempar dan ditembakkan ke arah kawanan anjing. Dilain sisi si Belang Uyang dengan brutal membantai kawanan anjing tersebut sehingga jumlah mereka berkurang drastis. Sisa kawanan anjing lainnya memilih kabur masuk ke dalam hutan. Melihat si Belang Uyang dengan gagahnya menghajar kawanan anjing itu, raja begitu bangga dan dengan gagah memerintahkan pasukannya untuk masuk kedalam hutan untuk memburu hewan seganas apapun di hutan itu.

Sesampai di dalam hutan, raja mengambil busur dan anak panah perlengkapan berburunya. Dan memerintahkan si Belang Uyang untuk mengendus dan melacak hewan buruan. Dari kejauhan terdengarlah auman harimau yang membuat seluruh pasukan kerajaan kaget dan merinding. Seketika si Belang Uyang menyalak dan melompat kearah  semak-semak. Disanalah tampak keluar seekor harimau yang besar dengan mulut menganga yang siap menerkam apa saja. Terlihat harimau tersebut bersama beberapa kawanan anjing liar. Ternyata kawanan anjing tersebut adalah yang menyerang rombongan kerajaan di pinggiran hutan sebelumnya. Raja menerka kawanan anjing tersebutlah yang melapor ke si harimau bahwa akan ada rombongan yang akan masuk hutan. Karena mereka kalah maka mereka mengadu ke si harimau tersebut. Raja juga berpikir ternyata mitos ada seekor harimau yang menguasai hutan tersebut ternyata benar. Raja pun sekarang makin tertantang dengan adanya harimau dihadapannya dan mengarahkan anak panahnya ke arahnya. Begitu Sang Raja melepas anak panahnya, panah tersebut menancap tepat dileher si harimau. Tapi harimau itu tetap berdiri dengan tegap dan mencabut anak panah tersebut dengan cakarnya. Merasa terancam, harimau itu melompat ke arah kereta Sang Raja. Pasukan kerajaan berusaha menghalangi namun tidak bisa melawan keganasan harimau tersebut. Raja melihat beberapa pasukannya terluka parah dan karena merasa ketakutan, raja pun bersiul untuk memanggil si Belang Uyang yang sedang sibuk melawan kawanan anjing liar. Begitu dia melihat celah, si Belang Uyang berlari dan melompat menerkam si harimau. Si harimau meladeni dengan membalas mencakar si Belang Uyang. Terjadilah pertarungan yang begitu sengit antara si Belang Uyang dengan si Harimau.

Dikejauhan diantara semak-semak terlintas ada seekor hewan yang mengintai atau mengintip. Seakan-akan mengintai pertarungan yang sedang terjadi. Sang Raja melihat gerak-gerik hewan tersebut dan mengambil busur lalu melepaskan anak panahnya ke arah hewan tersebut. Kemudian keluarlah hewan tersebut dari persembunyiannya yang ternyata hewan tersebut adalah seekor trenggiling. Sang Raja kecewa karena dikira hewan tersebut adalah seekor hewan yang lebih besar yang setidaknya bisa dibawa pulang dagingnya. Melihat hewan tersebut hanyalah seekor trenggiling, raja membiarkan dan melepasnya karena hewan tersebut tidak ada istimewanya menurutnya.

Disisi lain pertarungan si Belang Uyang dengan si harimau masih berlangsung. Mereka sama imbang dan tubuh mereka sudah banyak luka. Namun si harimau mulai kehabisan tenaga dan berbanding terbalik dengan si Belang Uyang yang masih enerjik dan terlihat masih kokoh untuk berdiri. Melihat si harimau sudah terlihat lemah, raja mengangkat busurnya dan melepaskan anak panahnya tepat ke jantung si harimau. Harimau roboh dan masih berusaha untuk bangun. Si Belang Uyang mencakar leher si harimau dan membuat si harimau tidak bisa bangun lagi. Si harimau pun mati dan Sang Raja bersorak gembira bersama pasukannya. Raja membawa mayat harimau tersebut ke istana kerajaan dan memamerkan ke rakyatnya. Raja berkata hutan yang selama ini dikenal angker dan ditakuti masyarakat telah ditaklukkannya. Dia juga memuji setinggi langit si Belang Uyang yang berperan besar atas kejadian itu. Untuk merayakan kejadian itu, raja mengumumkan untuk merayakan kejadian itu, dia akan mengadakan pesta besar-besaran dan akan mengundang tamu-tamu besar.

Didalam hutan terlihat kawanan anjing liar yang masih tersisa. Mereka sangat sedih kehilangan si harimau yang selama ini melindungi mereka dari para pemburu. Hewan-hewan lainnya menghampiri mereka dan terlihat juga begitu sedih. Karena hutan tempat tinggal mereka selama ini yang aman, sekarang terasa tidak aman lagi setelah kepergian si harimau. Kemudian muncullah si trenggiling yang sempat terlihat saat pertempuran. Trenggiling tersebut bernama “I Klesih”. I Klesih berusaha menenangkan hewan-hewan lainnya. Dia bercerita kalau dia terus memantau saat pertarungan si Belang Uyang dan harimau terjadi. Dia melihat sesuatu yang janggal. Dia melihat saat si harimau mencakar si Belang Uyang, si Belang Uyang seolah-olah tidak merasa kesakitan. Padahal sudah jelas si harimau sempat mencakar dan merobek leher si Belang Uyang. Tapi lehernya terlihat sembuh sendiri. Dia juga melihat kearah manapun di harimau mencakar, belangnya si Belang Uyang terus berpindah-pindah menghindari cakaran si Harimau. I Klesih menerka bahwa belangnya itulah pusat kekuatan sekaligus kelemahan si Belang Uyang. Seakan-akan si Belang Uyang bisa memindahkan belangnya sesuai keinginannya. Disana i Klesih menceritakan dan berniat balas dendam ke si Belang Uyang. Namun hewan lainnya mengabaikannya karena melihat mata si Belang Uyang saja mereka sudah merinding. Apalagi i Klesih hewan yang kecil. Mana bisa dia balas dendam, begitu pikir mereka.

Mendengar hewan-hewan lainnya seperti itu, i Klesih memutuskan untuk pergi sendiri ke istana kerajaan untuk membalas kematian si harimau. Sesampai di istana, Klesih mencari jalan pintas untuk sampai di ruangan Sang Raja dimana si Belang Uyang juga pasti disana. Dan akhirnya i Klesih sampai diatas langit-langit kerajaan untuk memantau keadaan. Sayangnya i Klesih datang pada waktu yang kurang tepat, dia tidak tahu hari itu sedang ada pesta besar-besaran perayaan Sang Raja yang sukses membunuh si harimau yang menguasai hutan yang konon ditakuti oleh masyarakat. I Klesih pun harus menunggu saat yang tepat untuk beraksi. Dia tetap diam disela langit-langit ruangan itu. Namun sayangnya, si Belang Uyang menyadari sesuatu. Dia mencium bau yang aneh dari langit-langit ruangan itu. Dia menyalak dan menggonggong kearah i Klesih bersembunyi. Raja pun kaget mendengar gonggongan si Belang Uyang. Raja menoleh keatas kearah penglihatan si Belang Uyang. Namun  Raja tidak melihat apapun, mungkin cuma cicak atau tikus, pikir Raja. Karena pesan si Belang Uyang tidak direspon oleh Raja, si Belang Uyang emosi dan makin menyalak ke arah langit-langit memberi tanda ke Raja. Sang Raja kembali menoleh keatas dan tidak terlihat apapun. Karena makin emosi, belang si Belang Uyang pun berpindah ke kepalanya tanpa dia sadar. Karena emosi, belangnya tersebut tepat berada di dahinya. Melihat hal tersebut i Klesih mendapatkan ide. Dia keluar dari persembunyiannya dan merayap disela langit-langit menuju langit-langit ruangan yang tepat berada di atas meja hidangan makanan, tempat para tamu undangan kerajaan menyantap makanannya. Si Belang Uyang pun mengikuti arah kemana i Klesih berlari. Dan sampailah i Klesih berada di langit-langit ruangan tepat diatas meja makan, seketika si Belang Uyang naik ke meja makan tepat saat tamu sedang menikmati hidangan. Para tamu pun seketika kaget sembari mengumpat ke anjing tersebut. Sang Raja merasa malu dan berusaha mengusir si Belang Uyang dari atas meja. Suasana semakin kacau setelah si Belang Uyang melompat-lompat diatas meja melihat ada seekor binatang di langit-langit ruangan. Raja mulai gusar dan marah melihat si Belang Uyang tidak menghiraukan perintahnya. Seketika Raja mengambil sebuah tombak dari prajurit disampingnya dan memukul kepala si Belang Uyang. Si Belang Uyang pun sempoyongan dan terjatuh dari atas meja. Sang Raja merasa kaget dengan tindakannya dan meratapi si Belang Uyang yang lemas lunglai terkapar dilantai. Diangkatlah kepala si Belang Uyang oleh Sang Raja dan melihat bekas pukulannya tepat di belangnya pusat kekuatan dan sekaligus kelemahan si Belang Uyang. Perlahan-lahan nafas si Belang Uyang mulai tersendat dan akhirnya si Belang Uyang mati ditangan majikannya sendiri.

Sambil menyesali perbuatannya, Sang Raja menengok keatas, mencari sebab apa sebenarnya yang diincar oleh si Belang Uyang. Sang Raja melihat seekor trenggiling nyempil diantara langit-langit ruangan. Raja tersadar trenggiling tersebut adalah trenggiling yang sempat dilihat dan hampir dibunuhnya saat di hutan. Seketika dia tersadar akan dosa-dosa yang selama ini diperbuatnya. Tersadar akan kekejaman-kekejaman yang dilakukannya bersama si Belang Uyang. Dimana hewan kesayangannya mati ditangannya sendiri. Raja pun meminta maaf kepada rakyatnya dan juga berjanji tidak akan mengganggu kehidupan hutan lagi.

Disini kita belajar, sekuat apapun kita dan sebesar apapun kekuasaan kita, sudah pasti ada kelemahannya atau sudah pasti ada akhirnya. Walaupun akhir dari semua itu datang tanpa kita duga dan tanpa kita sangka. Maka dari itu, sekuat apapun kita, kita harus bisa rendah diri dan teruslah berbuat baik kepada siapa atau apapun di dunia ini.

Rahayu

nb. Referensi dari cerita kakek saya.

 

TAMAT

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar