Masa-masa kecil saya tinggal di sebuah desa bernama desa Laplapan yang berada di daerah kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Masa itu saya lebih sering berinteraksi bersama nenek dan kakek saya. Karena kedua orang tua saya sehari-harinya bekerja. Pada masa itu sering saya dapat nasehat-nasehat dari nenek maupun kakek saya. Termasuk larangan-larangan yang kurang bisa dicerna atau bisa disebut mitos. Seperti kebanyakan orang tua jaman dulu sering kali mitos ini diutarakan tanpa alasan yang jelas, lebih sering kita diberi alasan berupa kalimat “mule keto” atau memang seperti itu.
1. Tidak boleh duduk diatas talenan, katanya nanti pantatnya bisa sebesar talenan. Talenan biasanya digunakan untuk alas memotong bahan-bahan masakan didapur. Untuk alas memotong daging, sayur maupun bumbu-bumbu masakan. Tidak ada relevansinya kalau kita duduk diatas talenan maka pantat bisa sebesar talenan. Padahal logikanya, talenan bukanlah alat untuk diduduki. Jika pun kita duduk diatas talenan, itu sangatlah bisa berbahaya, karena sering kali talenan digunakan untuk alas memotong bumbu-bumbu masakan, maka pantat kita bisa nyeri atau panas karena bekas bumbu-bumbu dapur.
2. Tidak boleh duduk diatas bantal tidur, nanti bisa bisul. Bisul adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada kulit yang menyebabkan permukaan kulit bengkak dan biasa muncul diarea dubur. Ini juga tidak ada korelasinya antara bantal dan bisul. Ini sebanarnya masalah etika saja. Bantal tidur yang seharusnya diperuntukan untuk alas kepala saat tidur, sudah pasti tidak etis untuk diduduki.
3. Orang hamil tidak boleh duduk diambang pintu, nanti anaknya sulit lahir. Kalau sulit lahir, bukankah sekarang ada yang namanya operasi caesar (hehehe). Orang biasa yang duduk diambang pintu juga sebenarnya kalau bisa janganlah duduk diambang pintu, karena akan menghalangi orang yang mau lewat. Apalagi orang yang sedang hamil, ya kan.
4. Jangan duduk dibawah pohon dimalam hari, nanti diculik kuntilanak. Siapa juga ingin duduk-duduk dibawah pohon dimalam hari, sudah dingin bisa digerayangi nyamuk juga. Selain itu juga ada jawaban yang lebih alamiah. Yaitu karena tumbuhan pada malam hari akan menghisap oksigen juga seperti manusia. Beda kalau saat siang hari dimana tumbuhan akan menghisap karbon dioksida. Maka dari itu saat kita duduk dibawah pohon dimalam hari, akan terjadi perebutan oksigen secara tidak langsung. Yang menyebabkan sistem pernafasan kita jadi kurang normal.
5. Kalau makan jangan sampai sisa, nanti ayamnya mati. Padahal kalau sisa, makanannya bisa dikasi ayam dan tidak mungkin matilah secara logika. Ini lebih menekankan janganlah menyisakan makanan saat makan karena kita harus lebih menghargai makanan atau rejeki.
6. Tidak boleh potong kuku dimalam hari, nanti bisa putus dengan orang tua. Lagi-lagi tidak ada relevansinya. Padahal alasannya jika potong kuku dimalam hari itu terlalu bahaya, karena kurang optimalnya cahaya dimalam hari walaupun ada lampu, maka bisa saja akan melukai jari kita.
7. Tidak boleh duduk diatas lesung, nanti pantat bisa sebesar lesung. Ini sama sih dengan poin nomor satu penjelasannya. Lesung adalah alat atau media yang digunakan untuk menumbuk padi untuk mejadi beras, juga kadang-kadang digunakan untuk menumbuk kopi bahkan lesung yang kecil dipakai juga untuk menumbuk bumbu-bumbu masakan.
8. Tidak boleh meludah keorang lain, nanti bisa tumbuh kutil. Meludah ke orang memang tidak boleh sih karena tidak sopan sama sekali tanpa harus diancam-ancam bisa tumbuh kutil.
9. Tidak boleh menanam tanaman obat, nanti bisa ada keluarga yang sakit. Mungkin maksudnya jika kita menanam tanaman obat, bisa saja kita tersugesti bahwa suatu saat kita pasti akan sakit. Padahal jika kita menanam tanaman obat itu bagus, apalagi kalau tahu penggunaannya. Semisal kita menanam jahe atau ginseng. Itu bagus untuk ramuan minuman untuk sehari-hari.
10. Kalau membaca suatu bacaan, tidak boleh setengah-setengah, nanti ilmu pengetahuan kita bisa hilang. Disini maksudnya jangan membaca sesuatu itu tidak sampai selesai, nanti isi dari bacaan tersebut cuma setengah yang kita serap. Dan bisa saja kita sampaikan ke orang lain menjadi tidak jelas dan mengaburkan maksud dari bacaan tersebut.
Demikianlah mitos-mitos yang sering saya dengar dari tetua-tetua kita di Bali. Maksud mereka sebernarnya baik untuk kita. Agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan kita. Namun jika dicerna, alasan-alasan yang mereka berikan memang kadang tidak masuk akal dan menggelitik. Namun bagaimana pun, maksud dan tujuannya adalah untuk kebaikan kita sebagai penerus mereka. Mungkin ada mitos-mitos lain dari pembaca, silahkan ditambahkan dikolom komentar.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar