Diceritakan ada sebuah kolam di suatu desa. Kolam tersebut sangat luas dan asri. Dihuni beraneka ragam ikan dan sejenisnya. Kolam tersebut dikenal bernama kolam Kumudana.
Suatu ketika ada seekor burung
bangau melintas terbang diatas kolam tersebut. Burung bangau itu memakai
pakaian atau jubah seperti Pedanda (Pendeta dalam Ajaran Hindu). Sekilas dia
melihat ada banyak ikan di kolam tersebut. Melihat ada ikan disana, si Bangau
pun turun dan hinggap di sebuah batu. Seketika ikan-ikan kabur menyelam ke
kedalaman karena takut dimangsa oleh bangau itu.
Si bangau kemudian berkata bahwa
dia tidaklah ingin memangsa ikan-ikan tersebut. Dia bercerita dia bukanlah
bangau biasa. Bisa dilihat dari jubah yang dipakainya. Dia mengatakan bahwa dia
adalah seorang pendeta. Pendeta tidaklah akan memakan ikan karena itu
bertentangan dengan ajarannya. Melihat si bangau berkata seperti itu, para ikan
pun muncul ke permukaan kolam karena tertarik mendengar cerita si bangau.
Si bangau melanjutkan ceritanya,
dia menjadi pendeta karena dulu dia pernah sakit. Setelah dia mencari penyebab
penyakitnya, muncullah wahyu dari Tuhan bahwa sakitnya karena dia selalu
memangsa ikan. Kemudian berhentilah dia memangsa ikan dan jadilah dia orang
suci atau pendeta. Para ikan dan penghuni kolam lainnya terkesima dengan cerita
si bangau. Dan percaya bahwa si bangau itu bukanlah seperti bangau lainnya.
Setelah bercerita, pergilah si bangau dari kolam tersebut dan membilang ke para
ikan-ikat tersebut dia mau menyebarkan ajaran-ajaran kebaikan.
Keesokan harinya, si bangau
kembali datang ke kolam tersebut dan para ikan pun menyambutnya berharap
diceritakan ajaran-ajaran kebaikan. Namun wajah si bangau terlihat pucat. Si
ikan pun menanyakan ada apa gerangan. Si bangau bercerita bahwa baru saja dia
mendengar percakapan dua orang manusia. Katanya lagi seminggu, mereka akan
menguras air kolam tersebut dan menangkap semua ikan-ikan yang ada. Para ikan
pun kaget mendengar ucapan si bangau dan belum sepenuhnya percaya. Kemudian si
bangau meyakinkan para ikan bahwa ajaran dan ucapan pendeta tidaklah boleh
berbohong. Karena bertentangan dengan kebaikan. Para ikan pun percaya dan memohon
jalan keluar agar mereka tetap hidup. Si bangau pun menenangkan para ikan dan berjanji akan menolong mereka. Si
bangau pun pergi sembari bilang akan datang lagi untuk membawa solusi.
Seiring berjalannya waktu, si
bangau datang lagi ke kolam Kumudana. Dia disambut penuh harapan oleh para
ikan. Si bangau berkata ada sebuah kolam yang begitu luas dan asri dekat
pegunungan. Tidak kalah asri dengan kolam Kumudana. Dia berencana akan membawa
ikan tersebut satu-persatu ke kolam tersebut. Para ikan pun merasa lega dan
bersyukur. Si bangau berjanji mulai keesokan harinya dia akan memindahkan para
ikan satu-persatu.
Tibalah hari dimana si bangau
akan memindahkan ikan-ikan tersebut. Para ikan tidak sabar dan berebutan
meminta paling pertama. Dan disela-sela itu, ada seekor kepiting juga meminta
agar dipindahkan paling pertama. Si bangau meminta agar si kepiting agar
diangkut paling terakhir saja. Si bangau beralasan bahwa si manusia pasti akan
menangkap para ikan terlebih dahulu dan si kepiting juga masih bisa bersembunyi
didalam tanah. Diangkutlah satu persatu ikan tersebut oleh si bangau dengan
memakai paruhnya dan terbang menuju kolam yang baru.
Kemudian tibalah giliran si kepiting
untuk diangkut. Seperti sebelumnya si bangau memakai paruhnya untuk membawa si
kepiting. Namun si kepiting terus terlepas karena tubuhnya yang keras. Si
bangau menyarankan agar si kepiting memeluk leher dirinya yang panjang saja
agar tidak terjatuh. Si kepiting pun melingkarkan kedua capitnya keleher si
Bangau. Kemudian terbanglah mereka menuju kolam yang dituju.
Diperjalanan, dari udara si
kepiting iseng menoleh kebawah. Si kepiting kaget melihat banyak tulang ikan
berserakan didaratan. Si kepiting mulai curiga akan tingkah laku si bangau. Dia
curiga bahwa si bangau tidaklah memindahkan para ikan melainkan memangsanya.
Berarti selama ini apa yang diceritakan si bangau tidaklah benar. Dia memakai
pakaian pendeta hanyalah untuk menipu para ikan agar percaya bahwa dia adalah
orang suci. Karena merasa kesal karena telah ditipu, si kepiting pun tiba-tiba
mencapit leher si bangau dan menanyakan kemana ikan-ikan tersebut dibawa. Si
bangau mengerang kesakitan sembari membilang bahwa para ikan telah sampai di
kolam didekat pegunungan. Namun si kepiting tidak percaya dan mencapit lebih
keras sembari bertanya kenapa dibawah banyak sekali tulang-tulang ikan. Si
bangau kembali berkelit bahwa itu tulang-tulang ikan lain yang dimangsa oleh
bangau lain. Si kepiting tetap tidak
percaya karena tulang-tulang tersebut terlihat masih baru seperti ikan yang baru
saja dimakan. Si kepiting mencapit leher si bangau lebih keras dan menyuruhnya mendarat.
Si bangau pun menurutinya sembari meringis kesakitan. Si kepiting meminta agar
si bangau jujur saja daripada lehernya putus. Si bangau pun mengaku bahwa dia
telah memangsa semua ikan dan kolam yang dijanjikannya hanya sebuah kebohongan.
Dia pun mengaku dia bukanlah pendeta. Jubah yang dipakainya hanyalah kedok agar
dia bisa dipercaya oleh siapapun. Si kepiting kemudian mencapit leher si bangau
sampai putus karena merasa kesal. Si bangau pun akhirnya mati ditangan si
kepiting.
Di Bali khususnya di Agama Hindu
bangau tersebut disebut Padanda Baka. Bisa diartikan pendeta pembohong atau
dusta. Ini sering diceritakan turun-temurun oleh para tetua di Bali
kecucu-cucunya. Agar kita tidak mudah percaya kepada orang yang terlihat baik
atau terlihat suci. Karena kadang-kadang pakaian bisa menipu kita. Dengan kedok
yang terlihat suci, bisa saja dipakai untuk menipu dan mempermainkan orang.
Begitulah kira-kira pelajaran yang bisa dipetik dari cerita dongeng diatas.
Salam Rahayu.
Nb. Referensi dari cerita kakek saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar