Minggu, 16 Januari 2022

Padanda Baka

Diceritakan ada sebuah kolam di suatu desa. Kolam tersebut sangat luas dan asri. Dihuni beraneka ragam ikan dan sejenisnya. Kolam tersebut dikenal bernama kolam Kumudana.

Suatu ketika ada seekor burung bangau melintas terbang diatas kolam tersebut. Burung bangau itu memakai pakaian atau jubah seperti Pedanda (Pendeta dalam Ajaran Hindu). Sekilas dia melihat ada banyak ikan di kolam tersebut. Melihat ada ikan disana, si Bangau pun turun dan hinggap di sebuah batu. Seketika ikan-ikan kabur menyelam ke kedalaman karena takut dimangsa oleh bangau itu.

Si bangau kemudian berkata bahwa dia tidaklah ingin memangsa ikan-ikan tersebut. Dia bercerita dia bukanlah bangau biasa. Bisa dilihat dari jubah yang dipakainya. Dia mengatakan bahwa dia adalah seorang pendeta. Pendeta tidaklah akan memakan ikan karena itu bertentangan dengan ajarannya. Melihat si bangau berkata seperti itu, para ikan pun muncul ke permukaan kolam karena tertarik mendengar cerita si bangau.

Si bangau melanjutkan ceritanya, dia menjadi pendeta karena dulu dia pernah sakit. Setelah dia mencari penyebab penyakitnya, muncullah wahyu dari Tuhan bahwa sakitnya karena dia selalu memangsa ikan. Kemudian berhentilah dia memangsa ikan dan jadilah dia orang suci atau pendeta. Para ikan dan penghuni kolam lainnya terkesima dengan cerita si bangau. Dan percaya bahwa si bangau itu bukanlah seperti bangau lainnya. Setelah bercerita, pergilah si bangau dari kolam tersebut dan membilang ke para ikan-ikat tersebut dia mau menyebarkan ajaran-ajaran kebaikan.

Keesokan harinya, si bangau kembali datang ke kolam tersebut dan para ikan pun menyambutnya berharap diceritakan ajaran-ajaran kebaikan. Namun wajah si bangau terlihat pucat. Si ikan pun menanyakan ada apa gerangan. Si bangau bercerita bahwa baru saja dia mendengar percakapan dua orang manusia. Katanya lagi seminggu, mereka akan menguras air kolam tersebut dan menangkap semua ikan-ikan yang ada. Para ikan pun kaget mendengar ucapan si bangau dan belum sepenuhnya percaya. Kemudian si bangau meyakinkan para ikan bahwa ajaran dan ucapan pendeta tidaklah boleh berbohong. Karena bertentangan dengan kebaikan. Para ikan pun percaya dan memohon jalan keluar agar mereka tetap hidup. Si bangau pun menenangkan para  ikan dan berjanji akan menolong mereka. Si bangau pun pergi sembari bilang akan datang lagi untuk membawa solusi.

Seiring berjalannya waktu, si bangau datang lagi ke kolam Kumudana. Dia disambut penuh harapan oleh para ikan. Si bangau berkata ada sebuah kolam yang begitu luas dan asri dekat pegunungan. Tidak kalah asri dengan kolam Kumudana. Dia berencana akan membawa ikan tersebut satu-persatu ke kolam tersebut. Para ikan pun merasa lega dan bersyukur. Si bangau berjanji mulai keesokan harinya dia akan memindahkan para ikan satu-persatu.

Tibalah hari dimana si bangau akan memindahkan ikan-ikan tersebut. Para ikan tidak sabar dan berebutan meminta paling pertama. Dan disela-sela itu, ada seekor kepiting juga meminta agar dipindahkan paling pertama. Si bangau meminta agar si kepiting agar diangkut paling terakhir saja. Si bangau beralasan bahwa si manusia pasti akan menangkap para ikan terlebih dahulu dan si kepiting juga masih bisa bersembunyi didalam tanah. Diangkutlah satu persatu ikan tersebut oleh si bangau dengan memakai paruhnya dan terbang menuju kolam yang baru.

Kemudian tibalah giliran si kepiting untuk diangkut. Seperti sebelumnya si bangau memakai paruhnya untuk membawa si kepiting. Namun si kepiting terus terlepas karena tubuhnya yang keras. Si bangau menyarankan agar si kepiting memeluk leher dirinya yang panjang saja agar tidak terjatuh. Si kepiting pun melingkarkan kedua capitnya keleher si Bangau. Kemudian terbanglah mereka menuju kolam yang dituju.

Diperjalanan, dari udara si kepiting iseng menoleh kebawah. Si kepiting kaget melihat banyak tulang ikan berserakan didaratan. Si kepiting mulai curiga akan tingkah laku si bangau. Dia curiga bahwa si bangau tidaklah memindahkan para ikan melainkan memangsanya. Berarti selama ini apa yang diceritakan si bangau tidaklah benar. Dia memakai pakaian pendeta hanyalah untuk menipu para ikan agar percaya bahwa dia adalah orang suci. Karena merasa kesal karena telah ditipu, si kepiting pun tiba-tiba mencapit leher si bangau dan menanyakan kemana ikan-ikan tersebut dibawa. Si bangau mengerang kesakitan sembari membilang bahwa para ikan telah sampai di kolam didekat pegunungan. Namun si kepiting tidak percaya dan mencapit lebih keras sembari bertanya kenapa dibawah banyak sekali tulang-tulang ikan. Si bangau kembali berkelit bahwa itu tulang-tulang ikan lain yang dimangsa oleh bangau lain. Si kepiting  tetap tidak percaya karena tulang-tulang tersebut terlihat masih baru seperti ikan yang baru saja dimakan. Si kepiting mencapit leher si bangau lebih keras dan menyuruhnya mendarat. Si bangau pun menurutinya sembari meringis kesakitan. Si kepiting meminta agar si bangau jujur saja daripada lehernya putus. Si bangau pun mengaku bahwa dia telah memangsa semua ikan dan kolam yang dijanjikannya hanya sebuah kebohongan. Dia pun mengaku dia bukanlah pendeta. Jubah yang dipakainya hanyalah kedok agar dia bisa dipercaya oleh siapapun. Si kepiting kemudian mencapit leher si bangau sampai putus karena merasa kesal. Si bangau pun akhirnya mati ditangan si kepiting.

Di Bali khususnya di Agama Hindu bangau tersebut disebut Padanda Baka. Bisa diartikan pendeta pembohong atau dusta. Ini sering diceritakan turun-temurun oleh para tetua di Bali kecucu-cucunya. Agar kita tidak mudah percaya kepada orang yang terlihat baik atau terlihat suci. Karena kadang-kadang pakaian bisa menipu kita. Dengan kedok yang terlihat suci, bisa saja dipakai untuk menipu dan mempermainkan orang. Begitulah kira-kira pelajaran yang bisa dipetik dari cerita dongeng diatas.

Salam Rahayu.

Nb. Referensi dari cerita kakek saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar